Sunday, 3 November 2019

Iran Cemas Kehilangan Pengaruh di Irak - Lebanon Akibat Demo, Tuduh AS Bikin Onar

Iran Cemas Kehilangan Pengaruh di Irak - Lebanon Akibat Demo, Tuduh AS Bikin Onar

Iran Cemas Kehilangan Pengaruh di Irak - Lebanon Akibat Demo, Tuduh AS Bikin Onar

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sudah menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya sebab telah menyebarkan "ketidakamanan dan kekacauan" di Irak dan Lebanon. Khamenei pun mendesak demonstran anti-pemerintah di kedua negara guna menuntut evolusi dengan teknik yang sah.  Cerdaspoker DominoQQ

"Rakyat mereka pun harus tahu bahwa meskipun mereka mempunyai tuntutan yang sah, tuntutan itu melulu dapat diisi melalui kerangka struktur hukum," kata Khamenei pada Rabu 30 Oktober 2019, dalam pidato publik langka guna membicarakan gelombang demonstrasi yang meletus di Irak dan Lebanon bulan ini.

Berbicara pada upacara kelulusan di Akademi Pertahanan Udara Khatam al-Anbia Iran, Khamenei mendakwa "Amerika dan dinas intelijen Barat" menimbulkan kehancuran dan membuat "kekacauan" di distrik tersebut.

"Mereka menghancurkan keamanan. Ini ialah jenis permusuhan terjelek dan perilaku paling riskan dan dengki terhadap sebuah negara," lanjut Khamenei.

Pidato Khamenei datang saat AS menyerukan pembentukan pemerintah Lebanon baru yang bakal responsif terhadap keperluan penduduk negara itu.

"Rakyat Lebanon mengharapkan pemerintahan yang tepat guna dan efektif, reformasi ekonomi, dan menyelesaikan korupsi endemik," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pengakuan setelah pengunduran diri Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, Selasa 2 November 2019.

Hariri berhadapan pada nyaris dua pekan protes massa yang menuntut pengunduran diri semua elite politik negara itu.

Washington dan Teheran yang memberi beban pada krisis politik Lebanon, negara tersebut "lagi-lagi terperangkap dalam arena proksi AS-Iran."

Protes nasional di Lebanon meletus di tengah kemarahan yang bertambah atas pejabat yang korupsi, layanan publik yang buruk dan bertahun-tahun mismanajemen ekonomi.

Iran ialah pendukung utama kumpulan Syiah Hizbullah Lebanon, yang sejauh ini menampik seruan untuk mengolah status quo. Kelompok dan sekutunya ialah bagian dari pemerintah koalisi yang berkuasa tahun lalu sesudah negosiasi sekitar berbulan-bulan.

Sementara sejumlah pendukung Hizbullah dan sekutunya Amal Allied sudah menyerang demonstran anti-pemerintah di Beirut tengah, mayoritas protes dilangsungkan damai dan membulatkan orang-orang dari sekian banyak  latar belakang.

Para pengunjuk rasa Lebanon jarang menyebut-nyebut nama Iran dan Hizbullah, namun nyanyian bersama, "Semua berarti segalanya," menyiratkan bahwa tidak terdapat satu juga faksi Lebanon, tergolong Hizbullah dan sekutunya, yang lepas dari kritik demonstran.

Protes Irak


Di Irak, puluhan ribu orang turun ke jalan pekan ini dalam gelombang kedua protes terhadap pemerintah dan elite politik yang mereka katakan korup dan tidak tersentuh.

Demonstrasi massa sudah disambut dengan respons agresif dari pasukan keamanan, yang telah memakai gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam terhadap mereka yang turun ke jalan. Lebih dari 200 pengunjuk rasa sudah terbunuh semenjak kerusuhan dibuka pada 1 Oktober 2019.

Para pemrotes mengatakan, kekayaan minyak negara yang besar belum lumayan mengalir ke warganya, dengan jutaan orang tidak cukup mempunyai akses ke layanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan listrik yang memadai.

Dalam sejumlah bulan terakhir, bertambahnya ketegangan antara dua sekutu utama Baghdad, Amerika Serikat dan Iran, telah memunculkan kekhawatiran di antara tidak sedikit warga Irak. Mereka khawatir terperangkap di tengah bertambahnya perjuangan antara Washington dan Teheran guna pengaruh regional.

Baik AS dan Iran merasakan pengaruh politik dan militer yang signifikan di Irak, dan semua pengunjuk rasa bulan ini mendakwa elite politik tunduk pada satu atau yang beda tanpa memperhatikan keperluan orang-orang biasa.

Iran Terancam Kehilangan Pengaruh di Irak dan Lebanon?


Dinamika demonstrasi di Irak dan Lebanon pulang menjadi sinyal kekhawatiran untuk Iran yang khawatir bahwa kedua negara itu dapat saja lepas dari 'genggamannya'.

Video yang beredar mengindikasikan tentang pengunjuk rasa menginjak-injak poster Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei dan kepala pasukan elite Garda Revolusi Iran, Qassim Soleimani yang terkenal, di lokasi yang tampaknya ialah Lapangan Tahrir Baghdad.

Di Lebanon, gelombang protes menyebar ke benteng-benteng Syiah di unsur selatan negara itu, yang didominasi oleh Hizbullah, kumpulan politik dan militer yang disponsori oleh Iran dan hingga sekarang dirasakan tidak tersentuh.

"Mengingat peran politiknya yang urgen di Irak dan Lebanon, tidak bisa dihindari bahwa Iran cemas. Teheran perlu menjaga kekuatannya di kedua negara ini sesudah menginvestasikan tidak sedikit pengaruh," kata seorang berpengalaman Iran

"Meraung mengenai teori konspirasi campur tangan Zionis untuk mengupayakan dan mendiskreditkan gerakan protes ini menunjukkan kekurangan tertentu di pihak Iran," lanjut analis anonim itu.

Para pemrotes Irak sudah "dengan jelas mengindikasikan" bahwa mereka tidak melulu membuat "tuntutan sosial-ekonomi" - mereka juga hendak "menyingkirkan pemerintah yang ditempatkan oleh Iran dan untuk menerbitkan Iran dari negara," kata Oula Said al-Samrani, jurnalis veteran Irak, untuk France24

Teheran pun khawatir mengenai protes yang menyebar ke wilayahnya sendiri, pada ketika sanksi AS dominan  buruk. Ekonomi Iran sedang merasakan resesi brutal, dengan PDB diduga akan menciut 9,5 persen pada akhir 2019 sesudah tumbuh sebesar 4,8 persen yang sehat tahun lalu, menurut keterangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

"Ada persamaan antara kemarahan yang ditunjukkan terhadap sistem politik yang didominasi oleh proksi Iran di Irak dan Lebanon dan kemarahan yang dirasakan tidak sedikit orang di Iran mengenai masalah sosial-ekonomi yang sama," kata Bernard Hourcade, seorang spesialis Iran di think tank CNRS di Paris.