Belajar dari Jepang Cara Mengelola Nutrisi dengan Tepat
Jepang punya teknik menarik guna mengelola nutrisi tepat guna anak. Aturan santap siang di sekolah secara nasional menjadi di antara kunci utama hidup sehat dengan nutrisi tepat ala Negara Tirai Bambu.
Laporan terbaru UNICEF menunjukkan, Jepang duduk di posisi puncak sebagai negara dengan kesehatan anak-anak yang baik. Jepang pun menjadi negara dengan tingkat kematian bayi dan permasalahan malnutrisi yang rendah.
Program santap siang di sekolah secara nasional disinggung memainkan peran dalam mengukir prestasi tersebut.
Jepang menjadi negara yang menjalan program santap siang di sekolah. Program ini dilaksanakan di semua sekolah dasar dan beberapa sekolah menengah kesatu di Jepang. "Menu santap siang di sekolah dikombinasi oleh berpengalaman gizi," ujar berpengalaman gizi anak dari Tokyo Kasei Gakuin University, Jepang, Mitsuhiko Hara, melansir dari pokerace99 pkr.
Makan siang di sekolah menjadi wajib untuk siswa di Jepang. Siswa tak diizinkan membawa santap siang dalam kemasan tersendiri.
Setiap sajian santap siang dirancang dengan kandungan 600-700 kalori sebanding antara karbohidrat, daging atau ikan, dan sayuran.
Salah satu menu yang sangat umum disajikan ialah nasi dengan ikan bakar yang dilengkapi bayam serta hidangan tauge. Hidangan tersebut juga disajikan bareng sup miso dengan daging babi, susu, dan buah prem yang dikeringkan.
Makan Sambil Belajar
Berbeda dengan sistem kafetaria yang dijalankan di sebanyak negara Barat, santap siang di sekolah Jepang lazimnya disajikan di ruang kelas.
Siswa bakal saling berbagi makanan dan mencuci ruangan setelah santap siang usai. Tak ada opsi makanan baik guna vegetarian atau siapa pun.
Program santap siang di sekolah dikombinasi tak melulu untuk memberi nutrisi tepat pada anak, tapi pun menjadi edukasi gizi untuk anak.
Sebut saja siaran harian di sekolah yang menyatakan unsur-unsur gizi yang terdapat dalam sajian santap siang yang mereka cicip. "Ini ialah cara terbaik guna mendidik anak," ujar Hara.
Program ini telah dibuka sejak 1889 silam. Mulanya, sepaket nasi dan ikan bakar melulu disediakan guna anak-anak yang hidup dalam kemiskinan di prefektur Yamagata utara.
Namun, lantas program ini diperluas secara nasional sesudah Perang Dunia II selesai untuk menanggulangi masalah kelaparan yang melanda.
Didukung Faktor Lain
Di samping program santap siang di sekolah, terdapat pula hal lain yang turut berkontribusi terhadap prestasi kesehatan yang diraih Jepang. Salah satunya ialah kesadaran masyarakat Jepang yang tinggi terhadap kesehatan.
"Karena tidak sedikit orang Jepang yang sadar bakal kesehatan. Mereka mengonsumsi makanan-makanan sehat," ujar Hara.
Tak hanya itu. Jepang pun adalahsalah satu negara yang menyimak makanan yang dikaitkan dengan musim tertentu. Hal tersebut membuat masyarakat Jepang pun terbiasa guna mengonsumsi makanan musiman, yang pun berkontribusi terhadap kesehatan.
Mandat pengecekan kesehatan anak secara teratur pun disebut memungut peran. Orang tua di Jepang diberi mandat oleh pemerintah guna rutin memeriksakan kesehatan anak, tergolong mengukur tinggi dan berat badan anak.
Hasilnya jelas secara statistik. Jepang menjadi negara dengan tingkat kematian bayi terendah di dunia. Di samping itu, melulu sekitar 14,42 persen anak dan remaja sampai usia 19 tahun di Jepang yang mengalami keunggulan berat badan. Angka ini jauh lebih rendah bila dikomparasikan dengan negara-negara maju lainnya.
Tengok saja Amerika Serikat, Italia, dan Prancis yang sedang di pucuk teratas negara dengan tingkat obesitas tertinggi. Angka obesitas di setiap negara menjangkau 41,86 persen, 36,87 persen, dan 30,09 persen.