Monday 28 October 2019

Orang Indonesia 'di Tengah' Brexit

Orang Indonesia 'di Tengah' Brexit

Orang Indonesia 'di Tengah' Brexit



Cerdaspoker Dominobet - Setelah delapan tahun berkarier di bidang penjualan barang fesyen di Indonesia, saya putuskan terbang ke Inggris guna melanjutkan edukasi S2 di bidang bisnis kreatif.

Tahun 2015 saya sukses lulus dan semenjak saat tersebut bekerja di London.

Seiring berjalannya waktu, saya mendapat jodoh lelaki London. Saat ini kami sudah resmi menikah dan ia meminta saya guna hidup bersamanya di Inggris.

Agak lucu pun kalau dipikir, saya datang ke London guna menimba ilmu eh justeru mendapat jodoh. Nasib memang tidak dapat ditebak ya.

Bagi saya, London ialah kota besar yang spektakuler indah. Selalu tidak sedikit hal yang bisa dipelajari di sini, mulai dari sejarahnya hingga industri kreatifnya.

Di balik nikmatnya hidup di kota multikultur laksana London, terdapat keresahan yang tengah dirasakan warganya, khususnya saya yang datang sebagai migran.

Saat ini Inggris sedang diterpa isu Brexit. Sebuah isu yang paling rumit dan sensitif - terutama untuk mereka yang menyerahkan suara 'STAY' atau 'LEAVE' dalam pengambilan suara sejumlah waktu yang lalu.

Saking sensitifnya, isu Brexit dapat membuat orang cekcok di media sosial kemudian jadi tak bertegur sapa di dunia nyata. Mungkin kusutnya serupa seperti masa-masa musim pemilihan presiden di Indonesia kemarin.

Namun situasi ini seringkali terjadi oleh orang-orang yang terlampau emosional, sebab dalam lingkaran pertemanan saya tidak terdapat yang laksana itu.

Bagi saya yang seorang pekerja kantoran, isu tersebut tidak terlampau berdampak. Tapi untuk pemilik perusahaan lokasi saya bekerja, mungkin akan berdampak besar.

Saya dapat membayangkan bagaimana pusingnya semua pebisnis dalam menghadapi situasi Inggris bukan lagi menjadi kongsi Uni Eropa.

Mereka mesti mempersiapkan perusahaannya, khususnya yang mempunyai jalinan dagang luar negeri, ketika Inggris "merdeka".

Jadi atau tidaknya Brexit, menurut keterangan dari saya Inggris tetaplah negara dengan ongkos hidup yang mahal. Bukan melulu untuk urusan lokasi tinggal tangga, tetapi pun soal berleha-leha.

Biaya berwisata di sini terbilang tidak murah, mulai dari hotel hingga restoran.

Tapi untuk turis Indonesia yang hendak liburan ke sini dengan dana terbatas, dapat juga tetap merasakan Inggris dengan teknik yang murah. Contohnya laksana datang ke museum atau piknik di taman.

Beberapa hari yang kemudian saya menyimak berita bila Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan bila ia hendak kuliner Indonesia, laksana rendang, dapat seterkenal masakan khas Thailand di luar negeri.

Hal itu rasanya benar adanya. Restoran Indonesia di sini amat paling jarang. Malah lebih mudah menemukan makanan khas Thailand, Vietnam, bahkan Malaysia. Menu rendang terkadang terdapat di restoran-restoran ini.

Bagi perantau laksana saya, kehadiran restoran Indonesia sangatlah penting, sampai-sampai kami dapat menuntaskan rindu dengan dusun halaman walau melulu dari sepiring makanan.

Untuk mencatut rindu masakan rumah, sebisa barangkali saya memasak. Berbeda dengan Indonesia, kebutuhan dapur di sini - laksana sayuran, daging, atau ikan, jauh lebih murah dikomparasikan harga seporsi makanan di restoran. Jadi memasak pun menjadi teknik saya guna berhemat.

Di samping masak di rumah, jalan kaki pun menjadi opsi saya guna keliling kota dalam jarak dekat.

Saya melulu menggunakan kereta, bus, atau taksi online andai harus berangjangsana ke lokasi yang jauh dicapai kaki.

Untungnya jalur pejalan kaki di kota ini paling mumpuni, sehingga ketika melangkahkan kaki saya masih merasa nyaman dan aman.

Liburan keliling Eropa menjadi pekerjaan menyenangkan diri untuk saya dan suami.

Jangan dulu beranggapan kalau kami boros, sebab nyatanya penerbangan dari Inggris ke negara Eropa beda sangatlah murah, laksana dari Jakarta ke Bali mungkin.

Saat ini saya dan suami telah mendatangi 50 negara. Selagi jasmani masih kuat, kami berencana lebih tidak jarang jalan-jalan lagi tahun depan.

Jika tidak terdapat aral melintang, barangkali kami pun akan mendatangi keluarga di Indonesia dan menyelesaikan rindu saya bakal masakan khasnya.