Thursday 31 October 2019

Studi:Orang Narsis Lebih Kuat Mental Hadapi Stres dan Depresi

Studi:Orang Narsis Lebih Kuat Mental Hadapi Stres dan Depresi

Studi:Orang Narsis Lebih Kuat Mental Hadapi Stres dan Depresi



Cerdaspoker DominoQQ - Istilah narsis sekarang terdengar biasa. Dilontarkan untuk mereka yang tidak jarang swafoto dan mengunggahnya di akun media sosial, atau mereka yang senang mengumbar tentang keunggulan diri sendiri.

Dalam situasi tertentu, narsis dapat dianggap sebagai gangguan mental sebab menciptakan delusi, yakni menyakini hal-hal yang tidak cocok dengan kenyataan. Sebagai contoh, orang dengan jati diri narsis yang akut lazimnya merasa sangat benar, sangat hebat, sangat spesial, dan merendahkan orang lain.

Walau begitu, tak seluruh perilaku narsis ialah gangguan mental, ungkap Dr Kostas Papageorgiou dari sekolah psikologi Queen, Papageorgiou menuliskan sebenarnya terdapat dua jenis narsisme, yakni narsis enteng dan narsis akut.

"Narsis akut ingin lebih defensif dan mengindikasikan sikap bermusuhan, serta mengindikasikan kebencian ketika ada orang beda yang lebih hebat. Sedangkan narsis yang enteng atau muluk-muluk seringkali 'hanya' merasa dirinya penting, rupawan, atau sangat pintar, serta merasa keenakan untuk memainkan kedudukan atau jabatan," imbuh Papageorgiou.

Narsis akut, menurut keterangan dari Papageorgiou ialah jenis yang riskan karena ingin mempunyai harga diri rendah, sampai-sampai mereka membuat delusi supaya terlihat hebat. Sedangkan narsis enteng kadang dibutuhkan karena menciptakan seseorang tidak cukup rentan terhadap stres dan depresi.

Untuk mendapatkan benang merah bahwa narsis enteng mempunyai efek terhadap kesehatan mental, peneliti Queen's University Belfast mengerjakan tiga studi yang melibatkan lebih dari 700 orang.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences and European Psychiatr tersebut mendapati, narsis ringan menciptakan seseorang lebih powerful mental. Sehingga orang dengan narsis enteng lebih kecil kemungkinannya untuk merasakan stres atau depresi.

"Hasil dari semua riset yang kami kerjakan menunjukkan bahwa narsis ringan sehubungan dengan komponen ketangguhan mental yang paling positif, seperti keyakinan diri, lebih tidak jarang bahagia, mengayomi terhadap fenomena depresi dan stres," Papageorgiou menjelaskan.

Walau demikian, Papageorgiou menekankan bahwa perilaku narsis tidak dapat di anggap baik atau buruk. Sebuah perilaku ialah evolusi dan ekspresi dari sikap insan yang barangkali bisa berfungsi atau riskan tergantung pada konteks.

"Penelitian ini menyimpulkan, sikap-sikap narsis yang menciptakan Anda percaya bahwa Anda layak mendapatkan hal-hal yang baik, bahwa kita brilian, atau kita peduli terhadap keperluan diri sendiri, dinilai dibutuhkan sebagai penguat situasi mental," jelas Papageorgiou.