Monday 23 September 2019

Bahaya Kontaminasi Kabut Asap pada Makanan dan Minuman

Bahaya Kontaminasi Kabut Asap pada Makanan dan Minuman

Bahaya Kontaminasi Kabut Asap pada Makanan dan Minuman



Klik di sini - Nestapa kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tak kunjung reda dialami oleh penduduk yang bermukim di Riau, Jambi, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, sampai Kalimantan Selatan. Jangankan guna bernapas lega, menyaksikan kejauhan juga sulit dampak pandangan yang tertutup asap.

Namun, kabut asap tak sekadar mengganggu penglihatan atau penciuman. Lebih dari itu, kabut asap sekarang membuat tidak sedikit warga terserang sebanyak penyakit laksana infeksi drainase pernapasan akut (ISPA). Kabut asap yang mengontaminasi air sampai bahan pangan pun dinilai berbahaya, karena kabut asap berisi toksik yang dapat memprovokasi kesehatan tubuh.

Kabut asap berisi zat riskan berupa karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Di samping itu, kabut asap pun berisi formaldehid, akrelein, dan benzen.

Semua zat-zat yang terdapat dalam kabut asap tersebut dapat membahayakan kesehatan sebab dapat merusak organ tubuh secara langsung. Organ tubuh yang berada dalam drainase cerna laksana tenggorokan, lambung, dan usus bisa meradang sehingga merangsang munculnya sebanyak penyakit.

Riset menunjukkan hewan yang mengonsumsi makanan dan air yang ternoda polusi udara berisiko merasakan infeksi pada organ.

Secara normal, tubuh mempunyai mekanisme guna menyaring zat yang tidak dibutuhkan dan menerbitkan racun yang masuk ke dalam tubuh, termasuk penyampaian polusi udara yang menempel di makanan dan minuman.

Namun, andai tubuh terus-terusan bekerja keras menyaring racun dalam masa-masa yang lama, maka bisa merusak kinerja organ. Organ yang bersangkutan langsung dengan penyaringan racun ini di antaranya ialah hati, ginjal, paru-paru, dan kulit.

Kondisi ini akan lebih rentan terjadi pada bayi dan anak-anak, lanjut usia, orang yang sakit, dan mempunyai sistem imun yang rendah.

Kabut asap juga dominan pada kualitas tumbuhan penghasil makanan. Dikutip dari eHow, sulfur dioksida dan nitrogen dioksida bisa merusak tumbuhan dengan teknik menghancurkan membran sel, menghambat fotosintesis, dan respirasi. Sementara itu, ozon pun dapat memblokir stomata pada tanaman, menangkal respirasi, dan memperlambat potret sintesis.

Alhasil, perkembangan daun dan buah terhambat. Sulfur dioksida pun membuat warna daun dan buah menjadi lebih pucat. Padahal, di dalam warna hijau sayuran terkandung tidak sedikit manfaat dan antioksidan yang baik guna tubuh.

Agar akibat buruk dari makanan dan minuman yang terkena kabut asap dan polusi udara ini, Kementerian Kesehatan menganjurkan untuk melakukan sejumlah tindakan pencegahan.

Pertama, sayuran dan buah-buahan mesti dibersihkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Kedua, makanan dan minuman butuh dimasak dengan baik. Ketiga, simpan makanan dan minuman dalam lokasi tertutup supaya bebas dari polusi udara. Keempat, lokasi penampungan air pun harus tertutup rapat.