Monday 7 October 2019

Museum Vagina Pertama di Dunia Bakal Buka di London

Museum Vagina Pertama di Dunia Bakal Buka di London

Museum Vagina Pertama di Dunia Bakal Buka di London



Museum bertajuk vagina yang kesatu di dunia akan dibuka di London, Inggris, pada November mendatang, sesudah usaha pendataan dana ongkos pembangunan sukses mencapai jumlah lebih dari 50 ribu poundsterling (sekitar Rp871 juta).

Museum Vagina bakal mendidik pengunjung mengenai vulva dan vagina seraya menantang stigma yang ada tentang alat kelamin, kata manajer pengembangan dan pemasaran Zoe Williams laksana yang dilansir dari www.bocahsakti.pro/pokerace99, pada Minggu (6/10).

Pendiri museum, Florence Schechter, mengembangkan konsep guna Museum Vagina setelah mengejar sebuah museum yang didedikasikan guna penis di Islandia, Museum Falologi Islandia, namun tidak terdapat yang membicarakan vagina dengan media yang berimbang.

Schechter dan timnya lantas meluncurkan kampanye di Crowdfunder, tadinya bertujuan guna mengumpulkan sumbangan sebesar 300 ribu poundsterling.

"Karena ini ialah museum kesatu di dunia yang didedikasikan guna vagina, vulva dan anatomi ginekologi, kami tidak tahu apa yang diinginkan dari pengunjung nantinya. Namun kami senang dengan sumbangan yang sukses terkumpul," kata Williams.

Museum ini akan dimulai pada 16 November 2019 di tempat sementara di Camden Market London, dengan pameran berjudul "Muff Busters: Myths Vagina and How to Fight Them."

Pameran ini bakal menantang "mitos yang melebar" mengenai vagina dan vulva, kata Williams, "salah satunya laksana bahwa vagina dan vulva perlu dimurnikan melalui pemakaian produk pembersih feminin; tetapi vagina sepenuhnya dapat bersih dengan sendirinya."

Acara komedi dan teater, lokakarya kerajinan dan diskusi edukasi akan diselenggarakan di museum, katanya, yang akan menolong mengumpulkan dana guna pindah ke tempat yang lebih permanen.

Museum pun menjadi forum mendengungkan isu "feminisme, hak-hak perempuan, komunitas LGBT + dan komunitas interseks," "perbincangan tentang perilaku heteronormatif dan cisnormatif" dan "mempromosikan nilai-nilai interseksional, feminis dan trans-inklusif."

"Kami hendak memberi masing-masing orang keyakinan diri untuk merundingkan bagian anatomi yang sebenarnya paling normal," Williams menjelaskan, mengutip riset dari badan amal riset kanker, The Eve Appeal, yang menemukan kenyataan bahwa 65 persen remaja dan anak wanita di Inggris kendala menggunakan ucapan-ucapan "vagina" atau "vulva."

"Tidak terdapat yang memalukan atau menyinggung tentang vulva dan vagina," katanya.

"Mereka ialah bagian dari tubuh yang mesti diapresiasi!"